Ternyata
malam tetap saja gelap dan siang tidak jua menunjukkan kesejukan. Ada misteri
di balik setiap langkah dan senyum yang terbias dari diri. Begitu juga dengan
bintang yang hanya muncul ketika bulan dengan malu-malu bersembunyi di selaput
awan yang tipis, tidak berani untuk menantang matahari walau hanya sesaat
ketika adzan shubuh berkumandan. Lalu matahari juga ternyata dapat saja rapuh
ketika rotasi bumi tetap berada pada strukturnya. Kesimpulannya, tidak ada yang
abadi. Bahkan tulisan ini, karena tafsir memiliki territorial dalam setiap diri
manusia.
Lalu
untuk apa berjuang bagi sebuah keabadian yang semu?
Dan
untuk apa kita berjudi pada hal yang yang setiap saat dapat menelantarkan kita?
Apakah
seorang Soekarno memiliki ilmu prediksi yang begitu valid sehingga mati-matian
mempersatukan seluruh kerajaan dalam NKRI?
Atau
apakah para wali dapat membaca masa depan sehingga kita mempertaruhkan
keyakinan kita pada mereka?
Banyak
hal yang tidak mampu terjawab oleh mereka yang mengabdi pada saince modern dan oleh mereka yang
sering berargumentasi atas nama cinta. Karena cinta bagiku juga adalah misteri,
pun ketika mereka mengatakan cinta adalah permainan atau juga cinta adalah
persoalan memberi. Untuk itu, lakukan saja yang terbaik karena mungkin saja Ilahi
dan segala misterinya memberi kita kesempatan untuk mengucapkan janji setia
selamanya dengan balutan lingkaran berlian di jari manismu. Dan karena tidak
ada yang abadi, maka setiap waktu adalah kesempatan untuk bersenang-senang
dengan bijak dan berbagi kasih dengan tenang.
Jangan
mempertanyakan keyakinan seseorang, karena Einstein pun akan kelimpungan. Biarkan
malam jadi saksi, hujan akan jadi walimu
dan angin serta lampu jalan pun akan bersorak sorai meilihat kita mengangkangi
Eisntein.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar