Selasa, 04 Februari 2014

Jangan Tanyakan Keyakinanku Pada Einstein



Ternyata malam tetap saja gelap dan siang tidak jua menunjukkan kesejukan. Ada misteri di balik setiap langkah dan senyum yang terbias dari diri. Begitu juga dengan bintang yang hanya muncul ketika bulan dengan malu-malu bersembunyi di selaput awan yang tipis, tidak berani untuk menantang matahari walau hanya sesaat ketika adzan shubuh berkumandan. Lalu matahari juga ternyata dapat saja rapuh ketika rotasi bumi tetap berada pada strukturnya. Kesimpulannya, tidak ada yang abadi. Bahkan tulisan ini, karena tafsir memiliki territorial dalam setiap diri manusia.

Lalu untuk apa berjuang bagi sebuah keabadian yang semu?
Dan untuk apa kita berjudi pada hal yang yang setiap saat dapat menelantarkan kita?
Apakah seorang Soekarno memiliki ilmu prediksi yang begitu valid sehingga mati-matian mempersatukan seluruh kerajaan dalam NKRI?
Atau apakah para wali dapat membaca masa depan sehingga kita mempertaruhkan keyakinan kita pada mereka?

Banyak hal yang tidak mampu terjawab oleh mereka yang mengabdi pada saince modern dan oleh mereka yang sering berargumentasi atas nama cinta. Karena cinta bagiku juga adalah misteri, pun ketika mereka mengatakan cinta adalah permainan atau juga cinta adalah persoalan memberi. Untuk itu, lakukan saja yang terbaik karena mungkin saja Ilahi dan segala misterinya memberi kita kesempatan untuk mengucapkan janji setia selamanya dengan balutan lingkaran berlian di jari manismu. Dan karena tidak ada yang abadi, maka setiap waktu adalah kesempatan untuk bersenang-senang dengan bijak dan berbagi kasih dengan tenang. 

Jangan mempertanyakan keyakinan seseorang, karena Einstein pun akan kelimpungan. Biarkan malam  jadi saksi, hujan akan jadi walimu dan angin serta lampu jalan pun akan bersorak sorai meilihat kita mengangkangi Eisntein.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar