The close we are the more they give us an
attention.
And
even we were not in same line, it’s not make them run away from us.
You
can see it from their eyes
Sejarah kehidupan manusia menggambarkan dengan jelas bagaimana masyarakat
membangun relasi bersama dalam upayanya membentuk sebuah komuni yang ideal.
Apabila komuni-komuni tersebut dikerucutkan, maka setiap individu berhak
memliki pasangan yang menurutnya ideal. Setidaknya, dari pengantar di atas kita
dapat berfikir bahwa perilaku manusia dalam membangun relasi tidak berakhir
pada sebuah kepentingan satu kelompok, tetapi akan berdampak pada kepentingan
kelompok-kelompok yang lainnya.
Begitu pun dengan kisah kita, bahwa apa yang kita bangun tidak melulu
berbicara tentang dirimu dan diriku. Lebih kompleks dari sebuah proses
fotosintesis, relasi kita akan mempengaruhi banyak orang. Mereka yang memiliki
harapan tentang kita dan mereka yang memiliki kebencian tentang kita. Bahwa apa
yang kita konstruk pada malam itu melalui cerita-cerita yang mendalam
sesungguhnya adalah sebuah kisah tentang mereka yang selalu ada dibalik suka
cita yang kita alami, mereka yang terus memberikan api semangat tentang
kejamnya hidup, mereka yang seringkali menumpahkan bunga-bunga es ketika jiwa ini
penuh amarah dan mereka yang selalu mengatakan ‘Iya’ pada saat kita sangat
pesimis. Kisah ini bukan hanya milik kita, ini juga milik mereka...dan itu
dapat kita lihat dari pancaran matanya.
Pernah suatu ketika dikala gerimis tidak lagi mampu berubah menjadi deras
dan setiap butirnya hanya seperti setetes keringat disaat wanita malam dan pria
hidung belang sedang bercumbu di balik gerobak, kau tak sanggup menjawab
pertanyaanku tentang ‘kebenaran’ hari ini. Dirimu hanya terdiam dan sesekali
kupaksa untuk meraih jawaban yang diinginkan, tetapi dirimu tetap membisu.
Entah bagaimana untuk meluapkan emosi ketika itu, bahwa saya harus bersabar
dengan hal seperti ini. Jangan khawatir, saya selalu mengatakan setelah Nabi
Ibrahim pada zaman kenabian maka saya adalah lelaki tersabar setelahnya. Itu
sebelum saya membaca kisah seorang Nelson Mandela beberapa hari yang lalu.
Kata-katamu untuk membela selalu terlintas dan memberikan goresan yang
menganga, “sesuatu yang diraih dengan mudah, selalu saja terlepas dengan mudah”.
Cobalah untuk membuka kembali lembaran-lembaran masa lalu dan ingat baik-baik.
Bahwa aku telah lama ada dan memperhatikan dirimu hingga saat saya dipaksa
untuk meninggalkan kota itu.
Selain luka yang menganga selalu ada sisi dibalik hal yang pahit, yaitu
motivasi. Kata-katamu itu memberikan saya sebuah pencerahan dalam bilik tak
berdinding, bahwa hidup memang tidak selalu tertawa dan menangis. Bahwa hidup
tidak sekedar hitam dan putih. Dan hingga saat itu tiba, ketika burung-burung
di pematang sawah sedang menikmati butir-butir padi sambil bernyanyi riang maka
akan kukenakan lingkaran emas itu jari tanganmu. Dan ketika masa itu terjadi,
kau dapat melihat pancaran mata orang-orang disekelilingmu yang semakin besar
dan terang. Pancaran kebahagian, pengharapan dan kesukaan pada diri kita
berdua. Yaghhh..kisah ini bukan hanya milik kita tapi ini milik semesta.
Jangan biarkan mereka terluka seperti yang lalu-lalu. Jangan biarkan
kelopak mata itu menelan sinar mata mereka dan jangan sekali-kali mengabarkan
kepada mereka tentang cinta yang tertindas oleh kepalsuan dan kesenangan semu.
Ada seorang ibu disana yang terkadang salah menyebut namamu tapi tidak
pernah salah akan mengucapkan harapannya. Dia memanggilmu dengan nama yang
berbeda, tetapi untukku wujudmu lebih penting dari sekedar namamu yang agak
susah beliau lafalkan. Juga ada seorang kakak yang selalu antusias ketika aku
berbicara tentang dirimu. Beliau mengundangmu untuk berkunjung ke rumah hijau
ini. Ada juga seorang bocah kecil berusia 5 tahun yang sekali melihat fotomu
kemudian bertanya tentang keberadaanmu. Dan senangnya, dia memanggilmu tante.
Seorang sahabat dan saudara juga memberikan apresisai tentang dirimu, bahwa
segeralah membawanya ke pelaminan. Jangan lupa seorang adik untukku dan kakak
untukmu, yang sedianya memberikan kita kabar ketika angin dan jarak terlalu
kuat untuk dikalahkan. Dan seorang ayah yang kau temui ketika itu. Ketika kau
berhujan-hujanan sambil memegang sekantong buah. Harapannya sungguh besar untuk
segera mengajakmu bergabung dalam kapal induk yang beliau nahkodai.
Yaghhh...kisah ini bukan hanya milik kita...
Seberapa dekat dan jauhnya diri kita sebenarnya tidak mengurangi
perhatian mereka semua terhadap kisah kita. Jangan membuatnya menjadi beban
tetapi jangan juga mengacuhkannya.
Drink up with me now, and forget
all about the pressure of day
Do
what i say and i will make you okay and drive them away the images stuck in
your head
(Elliot Smith...Between The Bars)
masa sih?
BalasHapus