Rabu, 24 Juli 2013

Sajak Untuk Dunia

Ketika jalan sudah tidak lagi nampak
Hanya ada keluh kesah dalam otak
Menjadikan kita sedikit tak berwatak, seperti katak
Oleh mereka yang katanya berakhlak
Padahal mereka hidup dari hasil malak

Terserah kalian menyebut apa tentang tuhan
Karena satu kata dapat menciptakan banyak alasan
Dalam dialektika tak berdasar kalian mencoba untuk memakan
Memakan segala argumentatsi agar tetap duduk aman
Dan bersantai di atas sebuah taman…
Taman yang dibangun diantara penindasan dan kemerdekaan
Lalu kemudian berteriak atas nama pembangunan …
Yeeahhh…demi tuhan ini untuk sang tuan…

Matahari telah melepaskan sang mahkota
Lalu kemudian tertidur meninggalkan sepasang pita
Yang satu berwarna hitam tampak buram di mata
Yang satunya lagi adalah merah seperti bata
Merah hitam dalam sebuah kata-kata
Dengan garis diagonal membelah letak yang tertata
Berusaha untuk mengangkat diri dari lembah nista
Sudahlah, kita tahu bahwa mereka hanya pendusta.

Selamat tidur untuk mereka yang berusaha terlelap
Dan Menjadikan malam sebagai selimut untuk sekejap
Deru kendaraan sebagai musik pengantar berderap
Mengingatkan kita pada sebuah tatap yang ratap
Tatapan gadis kecil yang tidak berhenti berharap
Kepada sebuah mitos tentang malaikat bersayap

Andai aku ada dalam waktu yang tepat
Dan ketika aku mempunyai sesuatu untuk kau lihat
Maka dunia akan sedikit tersenyum walau itu sebuah muslihat
Segera lepaskan belenggu aturan dan dogma adat
Agar kita tidak kelihatan seperti mayat
Yang tetap menunduk dan terdiam ketika mereka memiskinkan rakyat

Sudahlah, malam semakin larut dan gulita
Tak ada guna berdebat tentang realita
Karena kebenaran hanya untuk orang punya harta
Dan aku takkan berdoa untuk sebuah pelita
Apalagi untuk kalian yang membatu dan hanya bisa meminta

Bergeraklah dan terus bernafas untuk sebuah rindu
Percayalah akan sebuah hari yang melahirkan madu
Akan sangat manis dan penuh tawa hingga seperti candu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar